Featured Post

Keluarga Bahagia dan Ikhlas Bahagia

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم Betapa banyak orang yang kesepian di tengah hiruk pikuk keramaian bukan karena tak punya keluarga, sahabat atau handai taulan. Namun kurang baiknya hubungan dengan mereka, ada jarak, sekat hati yang memisahkan karena atas nama harga diri, ego, rasa malu ataupun individualisme yang dominan di kota-kota besar. Ada orang - orang shaleh yang namanya diabadikan dalam kitab suci. Allah memuliakan keluarga Imron dan keluarga Ibrahim, demikian pula 'ayah' Luqman bersama anak-anaknya dalam nasehat kebaikan yang terbaik.

Posisi Imam Dan Makmum Dalam Shalat

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم

Letak Berdirinya Imam dan Ma'mum Serta Susunan Shaff

pengaturan shaff
posisi shaf

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: نِمْتُ عِنْدَ مَيْمُوْنَةَ وَ النَّبِيُّ ص عِنْدَهَا تِلْكَ اللَّيْلَةَ، فَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ يُصَلّى، فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ، فَأَخَذَنِى فَجَعَلَنِى عَنْ يَمِيْنِهِ. البخارى 1: 171
Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata, “Aku pernah tidur di rumah (bibiku) Maimunah, sedang pada malam itu Nabi SAW berada di sisinya. Kemudian Nabi SAW berwudlu, lalu shalat malam. Kemudian aku ikut shalat dan berdiri di sebelah kiri beliau, lalu beliau memegangku dan menempatkan aku di sebelah kanan beliau”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 171]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: اَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ، فَصَلَّيْتُ خَلْفَهُ، فَأَخَذَ بِيَدِيْ فَجَرَّنِى فَجَعَلَنِى حِذَاءَهُ. احمد 1: 708 رقم 3061
Dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Aku (pernah) datang kepada Nabi SAW pada akhir malam, lalu aku shalat di belakang beliau, maka beliau memegang tanganku, lalu menarikku sehingga menempatkan aku sejajar dengan beliau". [HR. Ahmad juz 1, hal. 708, no. 3061]

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَامَ النَّبِيُّ ص يُصَلّى اْلمَغْرِبَ، فَجِئْتُ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ، فَنَهَانِى، فَجَعَلَنِى عَنْ يَمِيْنِهِ. ثُمَّ جَاءَ صَاحِبٌ لِى، فَصَفَّنَا خَلْفَهُ، فَصَلَّى بِنَا فِى ثَوْبٍ وَاحِدٍ. مُخَالِفًا بَيْنَ طَرَفَيْهِ. احمد، فى نيل الاوطار 3: 202
Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, "Nabi SAW (pernah) berdiri shalat Maghrib, kemudian aku datang, lalu aku berdiri di sebelah kirinya, maka Nabi SAW mencegahku dan menjadikan aku di sebelah kanannya. Kemudian seorang temanku datang, lalu Nabi SAW mengatur shaff kami di belakangnya, dan beliau shalat bersama kami dengan memakai satu pakaian yang diselempangkan dua ujungnya".. [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 202]

وَ فِى رِوَايَةٍ، قَامَ رَسُوْلُ اللهِ ص لِيُصَلّيَ، فَجِئْتُ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ. فَأَخَذَ بِيَدِى فَأَدَارَنِى حَتَّى أَقَامَنِى عَنْ يَمِيْنِهِ، ثُمَّ جَاءَ جَبَّارُ بْنُ صَخْرٍ، فَقَامَ عَنْ يَسَارِ رَسُوْلِ اللهِ ص، فَأَخَذَ بِأَيْدِيْنَا جَمِيْعًا، فَدَفَعَنَا حَتَّى أَقَامَنَا خَلْفَهُ. مسلم و ابو داود، فى نيل الاطار 3: 202
Dan dalam satu riwayat, dikatakan, "Rasulullah SAW berdiri untuk shalat, kemudian aku datang dan berdiri di sebelah kirinya, lalu beliau memegang tanganku, lalu memutarkanku sehingga beliau menempatkan aku di sebelah kanannya. Kemudian Jabbar bin Shakhr datang, dan berdiri di sebelah kiri Rasulullah SAW, lalu beliau memegang tangan kami semua, dan mendorong kami sehingga beliau menempatkan kami di belakangnya". [HR. Muslim dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 202]

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ: اَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا كُنَّا ثَلاَثَةً اَنْ يَتَقَدَّمَ اَحَدُنَا. الترمذى، فى نيل الاوطار 3: 202
Dari Samurah bin Jundab, ia berkata, "Rasulullah SAW menyuruh kami, apabila kami tiga orang, hendaklah salah seorang di antara kami, maju (menjadi Imam)". [HR. Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 202]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: وَسّطُوا اْلاِمَامَ وَ سُدُّوا اْلخَلَلَ. ابو داود 1: 182، رقم 681
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Letakkan imam itu di tengah, dan tutuplah celah-celah (shaff)". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 182, no. 681]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: صَلَّيْتُ اِلَى جَنْبِ النَّبِيّ ص، وَ عَائِشَةُ مَعَنَا تُصَلّى خَلْفَنَا، وَ اَنَا اِلَى جَنْبِ النَّبِيّ ص اُصَلّىْ مَعَهُ. احمد و النسائى، فى نيل الاوطار 3: 203
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata, "Aku pernah shalat di sebelah Nabi SAW, sedang 'Aisyah shalat bersama kami di belakang kami, dan aku disebelah Nabi SAW shalat bersama beliau". [HR. Ahmad dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 203]

عَنْ اَنَسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص صَلَّى بِهِ وَ بِاُمّهِ اَوْ خَالَتِهِ، قَالَ: فَأَقَامَنِى عَنْ يَمِيْنِهِ، وَ أَقَامَ اْلمَرْأَةَ خَلْفَنَا. احمد و مسلم و ابو داود، فى نيل الاوطار 3: 203
Dari Anas, bahwa Nabi SAW pernah shalat bersamanya, dan bersama ibunya atau bibinya. Anas berkata, "Maka Nabi SAW menempatkan aku di sebelah kanannya, dan menempatkan wanita itu dibelakang kami". [HR. Ahmad, Muslim dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 203]

Keterangan :

1. Dari hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa letak makmum, jika ia seorang diri adalah di sebelah kanan imam. Adapun yang dimaksud "disebelah kanan imam" ini sejajar atau mundur sedikit dari imamnya, di sini ada dua pendapat :
  • Berpendapat sebagaimana dhahir hadits tersebut, yaitu sejajar dengan imam. Karena arti حِذَاءَهُ itu, "sejajar dengan beliau", عَنْ يَمِيْنِهِ itu adalah"disebelah kanannya", dan اِلَى جَنْبِ النَّبِيّ itu adalah "disebelah/disamping Nabi"
  • Berpendapat makmum mundur sedikit dari imam (tidak sejajar). Karena Imam itu sebagai ikutan, maka sudah semestinya imam itu ada di depan. Dan walaupun disitu disebutkan makmum itu di sebelah kanannya atau di sampingnya, tetapi yang dimaksud adalah di sebelah kanan atau di samping imam agak ke belakang.
2. Dan dari hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa apabila makmumnya seorang laki-laki dan seorang wanita berjama'ah bersama imam, maka letak laki-laki adalah disebelah kanan imam, dan letak wanita adalah di belakang mereka. Wanita tidak boleh satu shaff bersama laki-laki.
Tetapi apabila jamaah itu terdiri tiga orang laki-laki atau lebih, maka imamnya berada di depan.

Letak Berdirinya Makmum Anak-anak dan Wanita

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لِيَلِنِى مِنْكُمْ اُولُوا اْلاَحْلاَمِ وَ النُّهَى، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلَوْنَهُمْ، وَ اِيَّاكُمْ وَ هَيْشَاتِ اْلاَسْوَاقِ. احمد و مسلم و ابو داود، و الترمذى، فى نيل الاوطار 3: 205
Dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi SAW beliau bersabda, "Hendaklah orang-orang yang sudah baligh dan pandai di antara kamu, di dekatku; kemudian orang-orang yang mengiringi mereka; kemudian orang-orang yang mengiringi mereka; dan hindarilah hiruk-pikuk (seperti) pasar". [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 205]

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ غُنْمٍ عَنْ اَبِى مَالِكِ اْلاَشْعَرِيّ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص اَنَّهُ كَانَ يُسَوّيْ بَيْنَ اْلاَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِى اْلقِرَاءَةِ وَ اْلقِيَامِ. وَ يَجْعَلُ الرَّكْعَةَ اْلاُوْلَى هِيَ اَطْوَلُهُنَّ لِكَىْ يَثُوْبَ النَّاسُ. وَ يَجْعَلُ الرّجَالَ قُدَّامَ اْلغِلْمَانِ، وَ اْلغِلْمَانَ خَلْفَهُمْ، وَ النّسَاءَ خَلْفَ اْلغِلْمَانِ. احمد، فى نيل الاوطار 3: 207
Dari Abdurrahman bin Ghunmin dari Abu Malik Al-Asy'ariy, dari Rasulullah SAW, sesungguhnya beliau (pernah) mempersamakan antara empat rakaat dalam bacaan dan berdiri; dan menjadikan rakaat pertama adalah yang lebih panjang, agar orang-orang bisa menyusul (mengikuti jama'ah). Dan beliau menempatkan orang-orang dewasa di depan anak-anak, dan anak-anak di belakang mereka; dan para wanita di belakang anak-anak. [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 207]

عَنْ اَنَسٍ اَنَّ جَدَّتَهُ مُلَيْكَةَ دَعَتْ رَسُوْلَ اللهِ ص لِطَعَامٍ صَنَعَتْهُ، فَاَكَلَ، ثُمَّ قَالَ: قُوْمُوْا فَلاُصَلّ لَكُمْ، فَقُمْتُ اِلىَ حَصِيْرٍ لَنَا قَدْ سُوّدَ مِنْ طُوْلِ مَا لَبِسَ، فَنَضَحْتُهُ بِمَاءٍ، فَقَامَ عَلَـيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ص، فَقُمْتُ اَنَا وَ اْليَتِيْمُ وَرَاءَهُ، وَ قَامَتِ اْلعَجُوْزُ مِنْ وَرَائِنَا فَصَلَّى لَنَا رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ انْصَرَفَ. الجماعة الا ابن ماجه، فى نيل الاوطار 3: 207
Dari Anas, bahwa neneknya, yaitu Mulaikah, mengundang Rasulullah SAW untuk (makan) makanan yang dibuatnya, lalu beliau SAW makan. Kemudian setelah (selesai) makan beliau bersabda, "Berdirilah kalian, karena aku (akan) shalat bersama kalian". Lalu aku berdiri (menuju) ke sebuah tikar milik kami, yang sudah menjadi hitam karena lamanya terpakai, lalu aku perciki dengan air. Kemudian Rasulullah SAW berdiri di atas tikar itu, dan akupun berdiri bersama anak yatim di belakangnya; dan wanita tua tersebut berdiri dibelakang kami, kemudian Rasulullah shalat bersama kami dua raka'at, lalu salam". [HR. Jama'ah, kecuali Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 207]

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: صَلَّيْتُ اَنَا وَ يَتِيْمٌ فِى بَيْتِنَا خَلْفَ النَّبِيّ ص وَ اُمّى اُمُّ سُلَيْمٍ خَلْفَنَا. البخارى 1: 177
Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Aku bersama anak yatim di rumah kami pernah shalat di belakang Nabi SAW, dan ibuku, yaitu Ummu Sulaim, di belakang kami".[HR. Bukhari juz 1, hal. 177]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: خَيْرُ صُفُوْفِ الرّجَالِ اَوَّلُهَا وَ شَرُّهَا آخِرُهَا، وَ خَيْرُ صُفُوْفِ النّسَاءِ آخِرُهَا وَ شَرُّهَا اَوَّلُهَا. الجماعة الا البخارى، فى نيل الاوطار 3: 208
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik shaff bagi laki-laki adalah di depan, dan seburuk-buruknya adalah di belakang; dan sebaik-baik shaff bagi wanita adalah di belakang, dan seburuk-buruknya adalah di depan". [HR. Jama'ah, kecuali Bukhari, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 208]

Keterangan :
  1. Dari hadits-hadits di atas bisa difahami bahwa susunan shaff di dalam shalat jamaah itu sebagai berikut : Imam berada di depan makmum (tengah-tengah; tidak terlalu ke kanan dan tidak terlalu ke kiri). Setelah itu orang-orang yang pandai atau orang dewasa berada dekat imam, kemudian baru anak-anak laki-laki. Kemudian setelah itu baru shaff wanita.
  2. Dan dalam shalat berjama'ah yang diikuti oleh laki-laki dan wanita itu sebaik-baik shaff bagi laki-laki adalah yang pertama, dan seburuk-buruk shaff bagi mereka adalah yang paling belakang.
Sedang sebaik-baik shaff bagi wanita adalah shaff yang belakang dan seburuk-buruknya adalah yang terdepan. Tetapi bila jamaah shalat itu terdiri dari para wanita seluruhnya maka berlaku sebagaimana laki-laki yaitu sebaik-baik shaff adalah yang paling depan dan seburuk-buruk shaff adalah yang paling belakang.

Wanita boleh Mengimami Shalat

عَنْ اُمّ وَرَقَةَ وَ كَانَتْ تَؤُمُّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص اَذِنَ لَهَا اَنْ تَؤُمَّ اَهْلَ دَارِهَا. الدارقطنى 1: 403
Dari Ummu Waraqah (dahulu ia mengimami shalat), bahwasanya Rasulullah SAW pernah memberi idzin kepadanya untuk mengimami shalat keluarganya. [HR. Daruquthni juz 1, hal. 403]

عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا كَانَتْ تَؤُمُّ النّسَاءَ فَتَقُوْمُ مَعَهُنَّ فِى الصَّفّ. ابن ابى شيبة و الحاكم، فى عون المعبود 2: 212
Dari 'Aisyah RA bahwasanya ia pernah mengimami para wanita dan ia berdiri di dalam shaff. [HR. Ibnu Abi Syaibah dan Al-Hakim, dalam ‘Aunul Ma’bud juz 2, hal. 212]

عَنْ اُمّ سَلَمَةَ اَنَّهَا اَمَّتْهُنَّ، فَقَامَتْ وَسَطًا. الشافعى و ابن ابى شيبة، فى عون المعبود 2: 212
Dari Ummu Salamah bahwasanya ia pernah mengimami mereka (para wanita), maka ia berdiri di tengah-tengahnya. [HR. Asy-Syafi'i dan Ibnu Abi Syaibah, dalam‘Aunul Ma’bud juz 2, hal. 212]

عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا اَمَّتْ نِسَاءً فَقَامَتْ وَسَطَهُنَّ. عبد الرزاق، فى عون المعبود 2: 212
Dari 'Aisyah RA bahwasanya ia pernah mengimami para wanita, maka ia berdiri di tengah-tengah. [HR. 'Abdur Rozaq, dalam ‘Aunul Ma’bud juz 2, hal. 212]

Keterangan :

Dari riwayat-riwayat tersebut bisa kita ambil pengertian bahwa wanita boleh mengimami shalat bagi jama'ah wanita. Adapun tentang letaknya/berdirinya imam tersebut ada 3 pendapat :
  1. Imam wanita berada di tengah-tengah shaff pertama sebagaimana dhohir riwayat diatas.
  2. Imam wanita berada di shaff pertama, tetapi maju sedikit dari shaff tersebut.
  3. Imam wanita berada di depan para jama'ah shalat sebagaimana aturan shaff yang berlaku pada jama'ah laki-laki. Pendapat ini beralasan karena tidak adanya perintah yang jelas dan tegas dari Nabi SAW tentang letak berdirinya imam wanita.
sedangkan riwayat-riwayat di atas kalaupun betul, itupun hanya perbuatan shahabat yang tidak didukung dengan perintah dari Nabi SAW. Oleh sebab itu mereka mengembalikan tentang berdirinya imam bagi wanita itu pada keumumam aturan shalat berjama'ah.


سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ

Tren Blog

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Walimah

Perintah Orang Tua Yang Tidak Boleh Ditaati

Hadits Tentang Khitan

Hadits-hadits Tentang Taubat

Blog Populer

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Shalat (Kewajiban Shalat)

Hadits Tentang Khitan