Featured Post

Keluarga Bahagia dan Ikhlas Bahagia

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم Betapa banyak orang yang kesepian di tengah hiruk pikuk keramaian bukan karena tak punya keluarga, sahabat atau handai taulan. Namun kurang baiknya hubungan dengan mereka, ada jarak, sekat hati yang memisahkan karena atas nama harga diri, ego, rasa malu ataupun individualisme yang dominan di kota-kota besar. Ada orang - orang shaleh yang namanya diabadikan dalam kitab suci. Allah memuliakan keluarga Imron dan keluarga Ibrahim, demikian pula 'ayah' Luqman bersama anak-anaknya dalam nasehat kebaikan yang terbaik.

Cara Memandikan Mayit


بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ

Seputar Risalah Janaiz

Sifat atau Cara Memandikan Mayit

عَنْ اُمّ عَطِيَّةَ قَالَتْ : تُوُفّيَتْ اِحْدَى بَنَاتِ النَّبِيّ ص فَخَرَجَ فَقَالَ: اِغْسِلْنَهَا ثَلاَ ثًا اَوْخَمْسًا اَوْ اَكْثَرَ مِنْ ذلِكِ اِنْ رَأَيْتُنَّ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَاجْعَلْنَ فِى اْلآخِرَةِ كَافُوْرًا، اَوْشَيْئًا مِنْ كَافُوْرٍ. فَاِذَا فَرَغْتُنَّ فَآذِنَّنِى قَالَتْ: فَلَمَّا فَرَغْنَا آذَنَّاهُ، فَاَلْقَى اِلَيْنَا حَقْوَهُ فَقَالَ: اَشْعِرْنَهَا اِيَّاهُ. البخارى 2: 73
Dari Ummu ‘Athiyah, ia berkata: Ketika salah seorang putri Nabi SAW meninggal dunia, beliau keluar lalu bersabda, “Mandikanlah dia tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kamu pandang perlu, dengan air dan bidara, dan yang terakhir campurilah dengan kapur barus atau sedikit kapur barus. Kemudian apabila kalian sudah selesai, beritahukanlah kepadaku". (Ummu ‘Athiyah) berkata : Kemudian setelah kami selesai maka kami, beritahukan kepada beliau, lalu beliau memberikan kain kepada kami, dan bersabda, “Pakaikanlah dia dengan ini". [HR. Bukhari juz 2 hal. 73]

عَنْ اُمّ عَطِيَّةَ قَالَتْ : لَمَّا مَاتَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص: اِغْسِلْنَهَا وِتْرًا، ثَلاَثًا اَوْخَمْسًا وَ اجْعَلْنَ فِى اْلخَامِسَةِ كَافُوْرًا اَوْشَيْئًا مِنْ كَافُوْرٍ. فَاِذَا غَسَلْتُنَّهَا فَاَعْلِمْنَنِى. قَالَتْ: فَاَعْلَمْنَاهُ. فَاَعْطَانَا حَقْوَهُ وَ قَالَ: اَشْعِرْنَهَا اِيَّاهُ. مسلم 2: 648
Dari Ummu ‘Athiyah, ia berkata : Ketika Zainab putri Rasulullah SAW meninggal dunia, Rasulullah SAW bersabda kepada kami, “Mandikanlah dia dengan hitungan ganjil, tiga kali atau lima kali, dan yang kelima itu campurilah dengan kapur barus atau sedikit kapur barus. Apabila kalian sudah selesai memandikannya, beritahukanlah kepadaku". (Ummu ‘Athiyah) berkata : Maka (setelah selesai), kami memberitahukan kepada beliau, lalu beliau memberikan kain kepada kami dan bersabda, “Pakaikanlah dia dengan ini". [HR. Muslim juz 2 hal. 648]

عَنْ اُمّ عَطِيَّةَ رض قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص فِى غَسْلِ ابْنَتِهِ: اِبْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ الْوُضُوْءِ مِنْهَا. البخارى 2: 73
Dari Ummu ‘Athiyah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda ketika kami memandikan jenazah putri beliau, “Mulailah dari anggota-anggota sebelah kanan dan anggota-anggota wudlunya". [HR. Bukhari juz 2, hal. 73]

وَ فِى رِوَايَةٍ قَالَتْ: اِنَّهُ قَالَ: اِغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا اَوْخَمْسًا اَوْ سَبْعًا اَوْ اَكْثَرَ مِنْ ذلِكِ اِنْ رَأَيْتُنَّ. قَالَتْ حَفْصَةُ، قَالَتْ اُمُّ عَطِيَّةَ: وَ جَعَلْنَا رَأْسَهَـا ثَلاَ ثَةَ قُرُوْنٍ. البخارى 2: 74
Dan dalam satu riwayat (Ummu ‘Athiyah) berkata : Sesungguhnya beliau SAW bersabda, “Mandikanlah dia tiga kali, lima kali, tujuh kali atau lebih dari itu jika kamu pandang perlu”. Hafshah berkata : Umu ‘Athiyah berkata, “Kemudian kami klabang rambutnya menjadi tiga ikatan”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 74]

عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: سَمِعْتُ عَائِشَةَ تَقُوْلُ: لَمَّا اَرَادُوْا غَسْلَ النَّبِيّ ص قَالُوْا: وَ اللهِ مَا نَدْرِيْ اَ نُجَرّدُ رَسُوْلَ اللهِ ص ثِيَابَهُ كَمَا نُجَرّدُ مَوْتَانَا اَمْ نُغَسّلُهُ وَعَلَيْهِ ثِيَابُهُ؟ فَلَمَّا اخْتَلَفُوْا اَلْقَى اللهُ عَلَيْهِمُ النَّوْمَ حَتَّى مَا مِنْهُمْ رَجُلٌ اِلاَّ وَ ذَقْنُهُ فِي صَدْرِهِ. ثُمَّ كَلَّمَهُمْ مُكَلّمٌ مِنْ نَاحِيَةِ الْبَيْتِ لاَ يَدْرُوْنَ مَنْ هُوَ، اَنِ اغْسِلُوا النَّبِيَّ ص وَ عَلَيْهِ ثِيَابُهُ. فَقَامُوْا اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص فَغَسَلُوْهُ وَ عَلَيْهِ قَمِيْصُهُ، يَصُبُّوْنَ اْلمَاءَ فَوْقَ اْلقَمِيْصِ وَ يَدْلُكُوْنَهُ بِاْلقَمِيْصِ دُوْنَ اَيْدِيْهِمْ وَ كَانَتْ عَائِشَةُ تَقُوْلُ: لَوِ اسْتَقْبَلْتُ مِنْ اَمْرِى مَا اسْتَدْبَرْتُ مَا غَسَلَهُ اِلاَّ نِسَاؤُهُ.ابوداود 3: 196
Dari ‘Abbad bin ‘Abdullah bin Zubair, ia berkata : Saya mendengar Aisyah berkata : Ketika sahabat-sahabat akan memandikan Nabi SAW, mereka berkata, “Demi Allah, kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, apakah kami harus menelanjangi Rasulullah SAW sebagaimana kami menelanjangi mayyit-mayyit kami, ataukah kami memandikannya dalam keadaan berpakaian ?”. Setelah mereka berselisih, lalu Allah menjadikan mereka mengantuk, sehingga demi Allah sampai tidak ada seorang pun dari mereka itu melainkan janggutnya terkulai ke dadanya. Kemudian ada seseorang yang memberitahu mereka dari arah rumah yang mereka tidak mengetahui siapa dia itu, orang tersebut berkata, “Mandikanlah Nabi SAW dalam keadaan berpakaian !". Kemudian mereka menuju kepada Rasulullah SAW, lalu mereka memandikan beliau dalam keadaan tetap memakai baju gamis beliau, mereka menuangkan air di atas pakaian beliau dan menggosoknya dengan pakaian beliau. Dan ‘Aisyah berkata, “Seandainya aku menghendaki untuk maju dalam urusanku, maka aku tidak akan mundur sehingga tidak ada yang memandikan beliau kecuali istri-istri beliau”. [HR Abu Dawud juz 3 hal. 196]

Keterangan:
Dari hadits-hadits tersebut bisa diambil pengertian bahwa cara memandikan mayit itu sebagai berikut :
  1. Menyiramkan air ke seluruh tubuh, di mulai dari anggota sebelah kanan dan anggota wudlu, (bila perlu dengan meremas-remas/memijit perut mayat secara perlahan-lahan untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin masih tersisa dalam perutnya).
  2. Membersihkan tubuh mayyit itu dari najis dan kotoran.
  3. Menggosok badannya dengan sepotong kain
  4. Memandikannya dengan bilangan ganjil (tiga kali, lima kali, tujuh kali dan seterusnya bila dipandang perlu) dengan air yang dicampuri daun bidara dan pada siraman yang terakhir dengan air yang dicampur kapur barus.
  5. Mengeringkannya dengan handuk dan sebagainya untuk menjaga agar tidak membasahi kafan.
Orang yang memandikan mayyit harus bersikap lemah lembut, dan menutupi aib/cacatnya.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ غَسَلَ مَيّتًا فَاَدَّى فِيْهِ اْلاَمَانَةَ وَ لَمْ يُفْشِ عَلَيْهِ مَا يَكُوْنُ مِنْهُ عِنْدَ ذلِكَ، خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمَ وَلَدَتْهُ اُمُّهُ. قَالَ: لِيَلِهِ اَقْرَبُكُمْ مِنْهُ اِنْ كَانَ يَعْلَمُ، فَاِنْ كَانَ لاَ يَعْلَمُ فَمَنْ تَرَوْنَ اِنَّ عِنْدَهُ حَظًّا مِنْ وَرَعٍ وَ اَمَانَةٍ. احمد 9: 432، رقم 24935، ضعيف لانه فى اسناده جابر بن يزيد الجعفي
Dari Aisyah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memandikan mayyit kemudian ia menunaikan amanat padanya, dan tidak menyiar-nyiarkan (cacat) yang ada padanya pada waktu itu, maka keluarlah ia dari dosa-dosanya sebagaimana pada hari ia baru dilahirkan ibunya". Dan beliau bersabda, “Hendaklah yang mendampinginya itu keluarga yang lebih dekat jika dia mengerti, tetapi jika dia tidak mengerti, maka orang yang kamu pandang wira'i dan dapat dipercaya". [HR Ahmad juz 9 hal. 432, no. 24935, dlaif karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Jabir bin Yazid Al-Ju’fiy]

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: كَسْرُ عَظْمِ اْلمَيّتِ كَكَسْرِهِ حَيًّا. ابو داود 3: 212
Dari 'Aisyah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Mematahkan tulang mayyit itu (dosanya) seperti halnya mematahkannya diwaktu hidupnya". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 212]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: … وَ مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ. مسلم 4: 2074
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “…… Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat". [HR Muslim juz 4, hal. 2074]

Keterangan :
Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa yang lebih berhak memandikan mayit adalah keluarga yang lebih dekat dengannya, dengan syarat ia mengerti apa yang diperlukan. Dan juga menunjukkan wajibnya berlaku lemah lembut terhadap mayit ketika memandikan, mengkafani, membawa dan sebagainya, serta menganjurkan untuk menutup cacat/aibnya si mayit.
Suami boleh memandikan isteri dan sebaliknya.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: رَجَعَ رَسُوْلُ اللهِ ص مِنَ اْلبَقِيْعِ فَوَجَدَنِى وَ اَنَا اَجِدُ صُدَاعًا فِى رَأْسِى، وَ اَنَا اَقُوْلُ وَا رَأْسَاهُ. فَقَالَ: بَلْ اَنَا وَارَأْسَاهُ، ثُمَّ قَالَ: مَا ضَرَّكِ لَوْ مُتّ قَبْلِى فَقُمْتُ عَلَيْكِ، فَغَسَلْتُكِ وَ كَفَّنْتُكِ وَ صَلَّيْتُ عَلَيْكِ وَ دَفَنْتُكِ. ابن ماجه 1: 470
Dari Aisyah, ia berkata : Rasulullah SAW pulang dari (mengantarkan janazah di) pekuburan Baqi', lalu beliau mendapati aku sedang sakit kepala, lalu aku berkata,“Aduuh sakitnya kepalaku", lalu beliau bersabda, “Bahkan aku juga hai ‘Aisyah, aduuh sakitnya kepalaku”. Kemudian beliau bersabda, “Tidak ada salahnya kalau engkau mati lebih dahulu lalu aku yang mengurusmu. Aku akan memandikanmu, mengkafanimu, menshalatkanmu dan menguburmu". [HR Ibnu Majah juz 1, hal. 470]

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَوْ كُنْتُ اِسْتَقْبَلْتُ مِنْ اَمْرِى مَا اسْتَدْبَرْتُ مَا غَسَلَ النَّبِيَّ ص غَيْرُ نِسَائِهِ. ابن ماجه 1: 470
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Seandainya aku menghendaki untuk maju dalam urusanku, maka aku tidak akan mundur sehingga tidak ada yang memandikan Nabi SAW selain istri-istri beliau”. [HR Ibnu Majah juz 1, hal. 470]

Keterangan :
Dari hadits di atas bisa diambil pengertian bahwa suami boleh memandikan isterinya, begitu pula isteri boleh memandikan suaminya. Dan juga diriwayatkan bahwa Asma' memandikan Abu Bakar, dan 'Ali memandikan Fathimah. [lihat Nailul Author juz 4 halaman 31]
Orang yang mati syahid di medan pertempuran tidak usah dimandikan

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ص يَجْمَعُ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ مِنْ قَتْلَى اُحُدٍ فِى ثَوْبٍ وَاحِدٍ، ثُمَّ يَقُوْلُ: اَيُّهُمْ اَكْثَرُ اَخْذًا لِلْقُرْآنِ؟ فَاِذَا اُشِيْرَ لَهُ اِلَى اَحَدِهِمَا قَدَّمَهُ فِى اللَّحْدِ وَ قَالَ: اَنَا شَهِيْدٌ عَلَى هؤُلاَءِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَ اَمَرَ بِدَفْنِهِمْ فِى دِمَائِهِمْ، وَ لَمْ يُغَسَّلُوْا، وَ لَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِمْ. البخارى 2: 93
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata : Nabi SAW mengumpulkan dua orang laki-laki yang gugur dalam perang Uhud dalam satu kafan, kemudian beliau bertanya,“Siapa diantara mereka yang lebih banyak hafal Al-Qur'an ?" Kemudian setelah beliau diberitahu (yang lebih banyak hafal Qur’an) salah satu diantara keduanya, maka beliau mendahulukannya memasukkan ke dalam liang lahad. Dan beliau bersabda, “Aku menjadi saksi atas mereka ini pada hari qiyamat”. Dan beliau memerintahkan supaya mereka diquburkan dengan darah mereka, dan mereka tidak dimandikan serta tidak dishalatkan. [HR Bukhari juz 2 hal. 93]

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ قَالَ فِى قَتْلَى اُحُدٍ: لاَ تُغَسّلُوْهُمْ فَاِنَّ كُلَّ جُرْحٍ اَوْ كُلَّ دَمٍ يَفُوْحُ مِسْكًا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَ لَمْ يُصَلّ عَلَيْهِمْ. احمد 5: 19، رقم 14193
Dari Jabir bin ‘Abdullah, dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda tentang orang-orang yang gugur dalam perang Uhud, “Mereka jangan kalian mandikan, karena setiap luka atau setiap tetes darah akan berbau kasturi pada hari qiyamat nanti. Dan beliau tidak menshalatkan mereka". [HR. Ahmad juz 5, hal. 19, no. 14193]

وَ رَوَى مُحَمَّدٌ بْنُ اِسْحَاقَ فِى اْلمَغَازِى بِاِسْنَادِهِ عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ ابْنِ قَتَادَةَ عَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ لَبِيْدٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِنَّ صَاحِبَكُمْ لَتُغَسّلُهُ اْلمَلاَئِكَةُ يَعْنِى حَنْظَلَةَ: فَسَأَلُوْا اَهْلَهُ مَا شَأْنُهُ فَسُئِلَتْ صَاحِبَتُهُ فَقَالَتْ: خَرَجَ وَ هُوَ جُنُبٌ حِيْنَ سَمِعَ اْلهَائِعَةَ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص لِذلِكَ غَسَّلَتْهُ اْلمَلاَئِكَةُ. فى نيل الاوطار4: 33
Dan Muhammad bin Ishaq meriwayatkan di dalam Al-Maghazi (tentang Handhalah yang gugur dalam perang Uhud), dengan sanadnya dari ‘Ashim bin ‘Umar bin Qatadah dari Mahmud bin Labid, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya temanmu yakni Handhalah dimandikan oleh para malaikat". Kemudian para sahabat bertanya kepada keluarganya tentang bagaimana keadaan dia. Kemudian isterinya ditanya, lalu ia menjawab, “Ia keluar dalam keadaan junub ketika mendengar suara ramai-ramai". Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Itulah sebabnya maka ia dimandikan oleh para malaikat". [Dalam Nailul Authar juz 4 hal. 33]

عَنْ اَبِى سَلاَمٍ عَنْ رَجُلٍ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَغَرْنَا عَلَى حَيّ مِنْ جُهَيْنَةَ، فَطَلَبَ رَجُلٌ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ رَجُلاً مِنْهُمْ، فَضَرَبَهُ فَأَخْطَأَهُ وَ اَصَابَ نَفْسَهُ بِالسَّيْفِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَخُوْكُمْ يَا مَعْشَرَ اْلمُسْلِمِيْنَ، فَابْتَدَرَهُ النَّاسُ فَوَجَدُوْهُ قَدْ مَاتَ. فَلَفَّهُ رَسُوْلُ اللهِ ص بِثِيَابِهِ وَ دِمَائِهِ وَ صَلَّى عَلَيْهِ وَ دَفَنَهُ فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ اَ شَاهِدٌ هُوَ؟ قَالَ: نَعَمْ وَ اَنَا لَهُ شَهِيْدٌ. ابو داود 3: 21، ضعيف لانه فى اسناده سلام بن ابى سلام و هو مجهول
Dari Abu Salam dari seorang laki-laki shahabat Nabi SAW, ia berkata, “Kami pernah menyerang sebuah kampung dari suku Juhainah, kemudian seorang laki-laki muslim mencari seorang laki-laki dari mereka, lalu ia (laki-laki muslim itu) memukulnya dengan pedang, tetapi meleset dan mengenai dirinya sendiri. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Itu saudaramu, hai kaum muslimin, maka orang-orang segera menuju kepadanya, tetapi mereka mendapatinya telah meninggal dunia. Kemudian Rasulullah SAW mengkafaninya dengan pakaian dan darahnya, menshalatkannya dan menguburnya. Lalu shahabat-shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, syahidkah dia?” Beliau menjawab, “Ya, dan akulah sebagai saksinya”. [HR Abu Dawud juz 3, hal. 21, dlaif karena di dalam sanadnya ada perawi bernama Salam bin Abi Salam, dia majhul].

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ

Tren Blog

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Perintah Orang Tua Yang Tidak Boleh Ditaati

Hadits Tentang Walimah

Hadits Tentang Khitan

Shalat Sunnah Intidhar

Blog Populer

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Shalat (Kewajiban Shalat)

Hadits Tentang Khitan