Featured Post

Keluarga Bahagia dan Ikhlas Bahagia

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم Betapa banyak orang yang kesepian di tengah hiruk pikuk keramaian bukan karena tak punya keluarga, sahabat atau handai taulan. Namun kurang baiknya hubungan dengan mereka, ada jarak, sekat hati yang memisahkan karena atas nama harga diri, ego, rasa malu ataupun individualisme yang dominan di kota-kota besar. Ada orang - orang shaleh yang namanya diabadikan dalam kitab suci. Allah memuliakan keluarga Imron dan keluarga Ibrahim, demikian pula 'ayah' Luqman bersama anak-anaknya dalam nasehat kebaikan yang terbaik.

Hadits Tentang Ma'mum Masbuq

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم

Beberapa pengertian

sujud
sujud
Sebelum kita membahas tentang ma’mum masbuq, ada baiknya kita mengetahui dulu beberapa pengertian yang terkait dengan hal itu, karena ma’mum masbuq adalah keadaan dimana seseorang itu terlambat dalam mengikuti shalat berjama’ah.

Shalat

Secara bahasa berarti do’a, tetapi yang dimaksud shalat menurut istilah ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat dan rukunnya yang telah ditentukan Allah SWT.

Shalat berjamaah

Jamaah pengertiannya adalah bersama-sama, yang satu jadi imam dan yang lain menjadi ma’mum. Apabila ada dua orang atau lebih shalat bersama-sama, dan salah seorang diantara mereka diikuti oleh yang lainnya, yang demikian itu disebut shalat berjama’ah. Orang yang diikuti disebut imam, dan orang yang mengikuti disebut ma’mum.

Ma’mum masbuq

Masbuq pengertiannya, ketinggalan. Ma’mum masbuq adalah ma’mum dalam shalat berjama’ah, namun si ma’mum mulai shalatnya tidak sejak awwal, sehingga ma’mum tersebut tidak sempurna membaca Al-Fatihah beserta imam di rekaat pertama.

Tentang mendapatkan fadhilah shalat berjamaah

Untuk mendapatkan fadhilah shalat berjama’ah, ini bisa diperoleh dengan cara makmum ikut bersama imam dalam shalatnya, walaupun ia hanya mendapatkan duduk yang terakhir sebelum salam. Berdasarkan hadits :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِذَا سَمِعْتُمُ اْلاِقَامَةَ فَامْشُوْا اِلىَ الصَّلاَةِ وَ عَلَيْكُمْ بِالسَّكِيْنَةِ وَ اْلوَقَارِ وَ لاَ تُسْرِعُوْا، فَمَا اَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوْا وَ مَا فَاتَكُمْ فَاَتِمُّوْا. البخارى 1: 15
Dari Abu Hurairah, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Apabila kalian mendengar iqamah, berjalanlah (menuju masjid) untuk shalat, dan hendaklah kalian datang dengan tenang dan tunduk, dan janganlah tergesa-gesa. Apa yang kalian dapatkan shalat (bersama imam) maka shalatlah (bersama imam), dan apa yang kalian ketinggalan maka sempurnakanlah”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 156]

عَنْ رَجُلٍ مِنْ اَهْلِ اْلمَدِيْنَةِ عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ سَمِعَ خَفِقَ نَعْلَيَّ وَ هُوَ سَاجِدٌ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ قَالَ مَنْ هذَا الَّذِي سَمِعْتُ خَفْقَ نَعْلِهِ؟ قَالَ: اَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: فَمَا صَنَعْتَ؟ قَالَ: وَجَدْتُكَ سَاجِدًا فَسَجَدْتُ. فَقَالَ: هكَذَا فَاصْنَعُوْا وَ لاَ تَعْتَدُّوْا بِهَا، مَنْ وَجَدَنِي رَاكِعًا اَوْ قَائِمًا اَوْ سَاجِدًا فَلْيَكُنْ مَعِي عَلَى حَالِي الَّتِي اَنَا عَلَيْهَا. ابن ابى شيبة 1: 227، رقم: 2601
Diriwayatkan dari seorang penduduk Madinah, dari Nabi SAW bahwa beliau mendengar suara sandal pada saat sedang sujud. Setelah selesai shalat, beliau bertanya, “Siapakah orang yang tadi aku dengar suara sandalnya?”. Ia menjawab, “Saya, ya Rasulullah”. Beliau bertanya, “Apakah yang kamu lakukan?”. Ia menjawab, “Saya mendapati engkau sujud, maka akupun sujud”. Mendengar hal itu beliau bersabda, “Seperti itulah yang seharusnya kalian lakukan, namun jangan kalian hitung satu rekaat. Barangsiapa yang mendapati aku ruku’, berdiri atau sujud maka hendaklah ia mengikuti keadaanku pada saat itu”. [HR. Ibnu Abi Syaibah, juz 1, hal. 227, no. 2601]

Dengan dasar hadits-hadits tersebut dapat dipahami bahwa makmum masbuq tetap mendapatkan pahala shalat berjama’ah, tetapi pahalanya tidaklah seperti pahala orang yang mengikuti jama’ah sejak awwal. Walloohu a’lam.

Makmum mendapatkan ruku’ bersama imam, apakah sudah dihitung mendapat satu rekaat?

Ulama berbeda pendapat tentang ukuran seorang makmum mendapat satu rekaat bersama imam. Tentang hal ini ada dua pendapat :

1. Pendapat pertama

Makmum yang mendapatkan ruku’ bersama imam sudah dihitung mendapat satu rekaat. Alasan-alasan mereka sebagai berikut :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الصَّلاَةِ فَقَدْ اَدْرَكَ الصَّلاَةَ. البخارى 1: 145
Dari AbuHurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mendapatkan satu ruku’ dari shalat, maka ia telah mendapatkan shalat itu”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 145]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الصَّلاَةِ فَقَدْ اَدْرَكَهَا قَبْلَ اَنْ يُقِيْمَ اْلاِمَامُ صُلْبَهُ. ابن خزيمة 3: 45، رقم: 1595
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mendapatkan satu ruku’ dalam shalat (sebelum imam menegakkan punggungnya) maka ia telah mendapatkan shalat itu”. [HR. Ibnu Khuzaimah juz 3, hal. 45, no. 1595, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Kurrah bin ‘Abdur Rahman].

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا جِئْتُمْ اِلىَ الصَّلاَةِ وَ نَحْنُ سُجُوْدٌ فَاسْجُدُوْا وَ لاَ تَعُدُّوْهَا شَيْئًا. وَ مَنْ اَدْرَكَ الرَّكْعَةَ فَقَدْ اَدْرَكَ الصَّلاَةَ. ابو داود 1: 236، رقم 893
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kalian datang untuk shalat sedang kami dalam keadaan sujud, maka bersujudlah kalian. Dan janganlah dihitung (satu rekaat). Dan barangsiapa mendapatkan satu ruku’, berarti ia mendapatkan shalat itu". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 236, no. 893, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Yahya bin Sulaiman].

عَنْ اَبِى بَكْرَةَ اَنَّهُ انْتَهَى اِلَى النَّبِىّ ص وَ هُوَ رَاكِعٌ، فَرَكَعَ قَبْلَ اَنْ يَصِلَ اِلَى الصَّفّ، فَذَكَرَ ذلِكَ لِلنَّبِىّ ص، فَقَالَ: زَادَكَ اللهُ حِرْصًا وَلاَ تَعُدْ. البخارى 1: 190
Dari Abu Bakrah bahwasanya ia mendapati Nabi SAW sedang ruku’, maka ia ikut ruku’ sebelum sampai pada shaff. Lalu ia menyampaikan hal itu kepada Nabi SAW. Maka beliau SAW bersabda, “Semoga Allah menambahkan kebaikan atas semangatmu, dan jangan kamu ulangi”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 190]

عَنِ اْلحَسَنِ اَنَّ اَبَا بَكْرَةَ جَاءَ وَ رَسُوْلُ اللهِ ص رَاكِعٌ فَرَكَعَ دُوْنَ الصَّفّ ثُمَّ مَشَى اِلىَ الصَّفّ. فَلَمَّا قَضَى النَّبِيُّ ص صَلاَتَهُ قَالَ: اَيُّكُمُ الَّذِيْ رَكَعَ دُوْنَ الصَّفّ ثُمَّ مَشَى اِلىَ الصَّفّ؟، فَقَالَ اَبُوْ بَكْرَةَ: اَنَا. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: زَادَكَ اللهُ حِرْصًا وَ لاَ تَعُدْ. ابو داود 1: 182، رقم: 684
Dari Al-Hasan bahwasanya Abu Bakrah datang (di masjid), ketika Rasulullah SAW sedang ruku’, maka ia ikut ruku’ sebelum sampai di shaff, kemudian ia berjalan menuju shaff. Maka setelah Nabi SAW selesai shalat, beliau bersabda, “Siapa diantara kalian yang ruku’ sebelum sampai di shaff, kemudian berjalan ke shaff?”. Maka Abu Bakrah menjawab, “Saya”. Maka Nabi SAW bersabda, “Semoga Allah menambah kebaikan kepadamu atas semangatmu, dan jangan kamu ulangi”. [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 182, no. 684]

عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ: مَنْ اَدْرَكَ اْلاِمَامَ رَاكِعًا، فَرَكَعَ قَبْلَ اَنْ يَرْفَعَ اْلاِمَامُ رَأْسَهُ فَقَدْ اَدْرَكَ تِلْكَ الرَّكْعَةَ. البيهقى 2: 90
Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan, “Barangsiapa mendapati imam sedang ruku’, lalu ikut ruku’ sebelum imam mengangkat kepalanya, maka ia telah mendapatkan rekaat itu”. [HR. Baihaqi juz 2, hal. 90]

عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ قَالَ : خَرَجْتُ مَعَ عَبْدِ اللهِ يَعْنِى ابْنَ مَسْعُوْدٍ مِنْ دَارِهِ اِلَى الْمَسْجِدِ، فَلَمَّا تَوَسَّطْنَا الْمَسْجِدَ رَكَعَ الاِمَامُ، فَكَبَّرَ عَبْدُ اللهِ وَ رَكَعَ وَ رَكَعْتُ مَعَهُ، ثُمَّ مَشَيْنَا رَاكِعَيْنِ حَتَّى انْتَهَيْنَا اِلَى الصَّفّ حِيْنَ رَفَعَ الْقَوْمُ رُءُوْسَهُمْ، فَلَمَّا قَضَى الاِمَامُ الصَّلاَةَ قُمْتُ وَ اَنَا اَرَى اَنّى لَمْ اُدْرِكْ، فَاَخَذَ عَبْدُ اللهِ بِيَدِى وَ اَجْلَسَنِى، ثُمَّ قَالَ: اِنَّكَ قَدْ اَدْرَكْتَ. البيهقى 2: 90
Dari Zaid bin Wahab, ia berkata, “Aku keluar bersama ‘Abdullah, yakni Ibnu Mas’ud dari rumahya menuju masjid. Ketika kami sudah sampai di bagian tengah masjid, imam ruku’, maka ‘Abdullah bin Mas’ud bertakbir kemudian ruku’, dan akupun ikut ruku’ bersamanya. Kemudian kami berjalan sambil ruku’ sehingga sampai ke dalam shaff ketika orang-orang sudah mengangkat kepala mereka. Setelah imam menyelesaikan shalat, aku bangkit, karena aku mengira belum mendapatkan satu rekaat. Namun ‘Abdullah menarik tanganku dan mendudukkanku sambil berkata, “Sesungguhnya engkau telah mendapatkan (rekaat itu)”. [HR. Baihaqi juz 2, hal. 90]

عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ اَخْبَرَنِى اَبُوْ اُمَامَةَ بْنُ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ: اَنَّهُ رَأَى زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ دَخَلَ الْمَسْجِدَ وَ اْلاِمَامُ رَاكِعٌ فَمَشَى حَتَّى اَمْكَنَهُ اَنْ يَصِلَ الصَّفَّ وَ هُوَ رَاكِعٌ، كَبَّرَ فَرَكَعَ ثُمَّ دَبَّ وَ هُوَ رَاكِعٌ حَتَّى وَصَلَ الصَّفَّ. البيهقى 2: 90
Dari Ibnu Syihab, ia berkata : Mengkhabarkan kepadaku Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, bahwasanya ia melihat Zaid bin Tsabit masuk ke dalam masjid pada saat imam sedang ruku’. Kemudian ia berjalan supaya memungkinkan baginya untuk mencapai shaff dalam keadaan ruku’, maka ia bertakbir lalu ruku’. Kemudian ia berjalan sambil ruku’ sehingga sampai di shaff. [HR. Baihaqi juz 2, hal. 90]

Keterangan :
Dengan dasar hadits dan riwayat di atas mereka memahami perkataan “rak’atan” diartikan ruku’, dan mereka memahami “walaa ta’ud” dengan jangan mengulangi shalat, sehingga apabila ma’mum masbuq mendapatkan ruku’ bersama imam, maka sudah dihitung mendapat satu rekaat.

2. Pendapat kedua 

Makmum masbuq yang tidak mendapatkan Al-Fatihah tidak dihitung satu rekaat, meskipun mendapatkan ruku’ bersama imam, dengan alasan :

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ. البخارى 1: 184
Dari ‘Ubadah bin Shaamit bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak (sah) shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 184]

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لاَ صَلاَةَ لمِنْ لمَْ يَقْرَأْ بِاُمّ اْلقُرْانِ. مسلم 1: 295
Dari ‘Ubadah bin Shaamit bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak (sah) shalat bagi orang yang tidak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah)”. [HR. Muslim juz 1, hal. 295]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِذَا سَمِعْتُمُ اْلاِقَامَةَ فَامْشُوْا اِلىَ الصَّلاَةِ وَ عَلَيْكُمْ بِالسَّكِيْنَةِ وَ اْلوَقَارِ وَ لاَ تُسْرِعُوْا، فَمَا اَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوْا وَ مَا فَاتَكُمْ فَاَتِمُّوْا. البخارى 1: 156
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Apabila kalian mendengar iqamah, berjalanlah (menuju masjid) untuk shalat, dan hendaklah kalian datang dengan tenang dan tunduk, dan janganlah tergesa-gesa. Apa yang kamu dapati shalat (bersama imam) maka shalatlah bersama imam, dan apa yang kamu ketinggalan maka sempurnakanlah”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 156]

Keterangan :
Berdasarkan hadits-hadits di atas mereka memahami bahwa ma’mum masbuq yang mendapatkan ruku’ bersama imam, belum dihitung satu rekaat, karena tidak mendapatkan Al-Fatihah, sedangkan Al-Fatihah adalah salah satu rukun shalat, artinya : kalau rukun tidak dikerjakan maka shalatnya tidak sah. Apabila ma’mum masbuq mengalami yang demikian itu, maka ketika imam salam, ia tidak ikut salam, tetapi menyempurnakan rekaat yang kurang tadi.

Penjelasan :

1. Dalam hal ini kami sependapat dengan pendapat kedua, dengan alasan sebagaimana di atas.

2. Adapun hadits ( مَنْ اَدْرَكَ الرَّكْعَةَ فَقَدْ اَدْرَكَ الصَّلاَةَ ) itu memang benar, tetapi arti “ar-rak’ata” di situ adalah rekaat, bukan ruku’. Maksud hadits tersebut begini : Barangsiapa yang shalat Dhuhur mendapat satu rekaat, lalu terdengar adzan ‘Ashar, maka orang tersebut masih terhitung shalat pada waktunya, begitu pula kalau seseorang shalat ‘Ashar mendapat satu rekaat, lalu terdengar adzan Maghrib, berarti orang tersebut terhitung shalat ‘Ashar masih dalam waktunya. Hal ini sesuai dengan hadits berikut ini :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الصُّبْحِ قَبْلَ اَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَقَدْ اَدْرَكَ الصُّبْحَ. وَ مَنْ اَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ اْلعَصْرِ قَبْلَ اَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَدْ اَدْرَكَ اْلعَصْرَ. مسلم 1: 424
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mendapatkan satu rekaat dari shalat Shubuh sebelum matahari terbit, maka berarti dia telah mendapatkan shalat Shubuh itu (keseluruhannya). Dan barangsiapa mendapatkan satu rekaat dari shalat ‘Ashar sebelum matahari terbenam, maka berarti dia telah mendapatkan shalat ‘Ashar itu (keseluruhannya)”. [HR. Muslim juz 1, hal. 424]

3. Memang rak’ah bisa berarti ruku’ kalau ada qarinah yang membawa kepada arti tersebut, seperti hadits di bawah ini :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا قَامَ اِلَى الصَّلاَةِ يُكَبّرُ حِيْنَ يَقُوْمُ، ثُمَّ يُكَبّرُ حِيْنَ يَرْكَعُ، ثُمَّ يَقُوْلُ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ حِيْنَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ، ثُمَّ يَقُوْلُ وَ هُوَ قَائِمٌ: رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ، ثُمَّ يُكَبّرُ حِيْنَ يَهْوِي سَاجِدًا. احمد
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila berdiri shalat, beliau bertakbir ketika berdiri, kemudian bertakbir ketika ruku', kemudian membaca “Sami'alloohu liman hamidah” ketika mengangkat tulang belakangnya (ketika bangkit) dari ruku', kemudian membaca “Robbanaa lakal-hamdu” dalam keadaan berdiri. Kemudian beliau bertakbir ketika menunduk sujud. [HR. Ahmad]

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص جَهَرَ فِى صَلاَةِ اْلخُسُوْفِ بِقِرَاءَتِهِ فَصَلَّى اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى رَكْعَتَيْنِ وَ اَرْبَعَ سَجَدَاتٍ. مسلم 2: 620
Dari ‘Aisyah bahwasanya Nabi SAW membaca jahr dalam shalat gerhana dan beliau shalat dengan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka'at. [HR. Muslim 2 : 620]

Tetapi selama tidak ada qarinah atau sebab-sebab yang memalingkan kata rak’ah kepada arti ruku’, maka rak’ah artinya adalah rekaat.

4. Adapun memahami sabda Nabi SAW kepada Abu Bakrah (وَلاَ تَعُدْ) itu dengan “dan jangan kamu ulangi shalatmu, karena shalat itu sudah sempurnya”. Pemahaman tersebut tidak benar, karena maksud Nabi SAW itu adalah, “lain kali jangan kamu ulangi perbuatan seperti itu”, yaitu takbir (sebelum sampai di shaff), lalu ikut ruku’ di luar shaff, kemudian berjalan menuju shaff dalam keadaan ruku’.

5. Ada lagi yang mengambil dasar “mendapatkan ruku’ bersama imam ini dihitung satu rekaat”, dengan berdasar hadits riwayat Abu Dawud, yang disebutkan dalam buku Fiqh Islam oleh H. Sulaiman Rasyid halaman 114, bab Hukum Masbuq :

اِذَا جَاءَ اَحَدُكُمُ الصَّلاَةَ وَ نَحْنُ سُجُوْدٌ فَاسْجُدُوْا وَ لاَ تَعُدُّوْهَا شَيْئًا وَ مَنْ اَدْرَكَ الرُّكُوْعَ فَقَدْ اَدْرَكَ الرَّكْعَةَ. ابو داود
Apabila seseorang diantara kamu datang untuk shalat sewaktu kami sujud, hendaklah kamu sujud, dan janganlah kamu hitung itu satu rekaat; dan barangsiapa mendapati ruku’ beserta imam, maka ia telah mendapat satu rekaat. [HR. Abu Dawud]

Mengambil dasar dengan hadits tersebut tidak benar, karena lafadh tersebut dalam kitab Sunan Abu Dawud tidak ada. (Sudah kami cari dalam Sunan Abu Dawud, tidak kami temukan).

6. Adapun perbuatan shahabat Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud dan lainnya, melakukan ruku’ di luar shaff, lalu sambil ruku’ berjalan menuju shaff, itu tidak bisa dijadikan dasar untuk diikuti, karena seandainya riwayat itu betul, maka pemahamannya adalah sebagai berikut :

Beliau-beliau itu melakukan ruku’ di luar shaff lalu sambil ruku’ berjalan menuju shaff itu tentu tidak sepengetahuan Nabi SAW (memang dalam riwayat itu tidak ada qarinah yang menunjukkan bahwa hal itu dilakukan dengan sepengetahuan Nabi SAW), dan ternyata ketika Abu Bakrah melakukan demikian dan diketahui oleh Rasulullah SAW, maka beliau melarangnya. Pemahaman ini dikuatkan dengan riwayat sebagai berikut :

عَنِ اْلاَعْرَجِ قَالَ: قُلْتُ ِلاَبِى هُرَيْرَةَ: يَرْكَعُ اْلاِمَامُ وَ لَمْ اََصِلْ اِلَى الصَّفّ اَفَاَرْكَعُ؟ فَاَخَذَ بِرِجْلِى، وَ قَالَ: لاَ يَا اَعْرَجُ حَتَّى تَأْخُذَ مَقَامَكَ مِنَ الصَّفّ. ابن عبد البر فى الاستذكار 6: 246، رقم: 8834
Dari Al-A’raj, ia berkata : Aku bertanya kepada Abu Hurairah, “Apabila imam sedang ruku’ sedangkan aku belum sampai pada shaff, apakah aku boleh ruku’ (ketika itu)?”. Maka Abu Hurairah memegang kakiku, lalu berkata, “Tidak wahai A’raj, sehingga kamu sampai pada tempatmu di shaff”. [HR. Ibnu ‘Abdil Barr dalam Al-Istidzkar juz 6, hal. 246, no 8834]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا جَاءَ اَحَدُكُمُ الصَّلاَةَ فَلاَ يَرْكَعْ دُوْنَ الصَّفّ حَتىَّ يَأْخُذَ مَكَانَهُ مِنَ الصَّفّ. ابن عبد البر فى الاستذكار 6: 246، رقم: 8836
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang diantara kalian datang untuk shalat, maka janganlah ruku’ di luar shaff sehingga ia berada pada tempatnya di shaff”. [HR. Ibnu ‘Abdil Barr dalam Al-Istidzkar juz 6, hal. 246, no. 8836]


Wallahu a'lamu bishawab.

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ

Tren Blog

Hadits Tentang Khitan

Fadlilah Dzikir Laa Ilaaha Illallaah

Shalat Sunnah Intidhar

Hadits Tentang Walimah

Hadits Tentang Rujuk

Blog Populer

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Shalat (Kewajiban Shalat)

Hadits Tentang Khitan