Featured Post

Keluarga Bahagia dan Ikhlas Bahagia

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم Betapa banyak orang yang kesepian di tengah hiruk pikuk keramaian bukan karena tak punya keluarga, sahabat atau handai taulan. Namun kurang baiknya hubungan dengan mereka, ada jarak, sekat hati yang memisahkan karena atas nama harga diri, ego, rasa malu ataupun individualisme yang dominan di kota-kota besar. Ada orang - orang shaleh yang namanya diabadikan dalam kitab suci. Allah memuliakan keluarga Imron dan keluarga Ibrahim, demikian pula 'ayah' Luqman bersama anak-anaknya dalam nasehat kebaikan yang terbaik.

Hadits-hadits Tentang Taubat

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم

Berikut Beberapa Haditsnya Tentang Taubat

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لَوْ اَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ اللهُ عَلَيْكُمْ. ابن ماجه باسناد جيد
Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya kamu sekalian berbuat dosa hingga memenuhi langit, kemudian kalian bertaubat kepada Allah, pasti Allah akan menerima taubat kalian”. [HR. Ibnu Majah dengan sanad jayyid]

عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَ خَيْرُ اْلخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ. الترمذى و ابن ماجه و الحاكم و قال: صحيح الاسناد
Dari Anas RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Setiap anak Adam banyak salahnya, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang-orang yang mau bertaubat”. [HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim, ia berkata shahih sanadnya]

عَنْ اِبِى مُوْسَى رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِىءُ النَّهَارِ، وَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِىءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا. مسلم و النسائى
Dari Abu Musa RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sesung-guhnya Allah ‘Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya di waktu malam agar supaya orang yang berbuat jahat di siang hari mau bertaubat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat jahat di malam hari mau bertaubat, begitulah hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya”. [HR. Muslim dan Nasai]

عَنْ اِبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ تَابَ قَبْلَ اَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ. مسلم
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bertaubat (kepada Allah) sebelum matahari terbit dari tempat terbenamnya, niscaya Allah menerima taubatnya”. [HR. Muslim]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَتْ قُرَيْشٌ لِلنَّبِيِّ ص اُدْعُ لَنَا رَبَّكَ يَجْعَلْ لَنَا الصَّفَا ذَهَبًا، فَاِنْ اَصْبَحَ ذَهَبًا اتَّبَعْنَاكَ، فَدَعَا رَبَّهُ فَاَتَاهُ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، فَقَالَ: اِنَّ رَبَّكَ يُقْرِئُكَ السَّلاَمَ وَ يَقُوْلُ لَكَ: اِنْ شِئْتَ اُصْبِحُ لَهُمُ الصَّفَا ذَهَبًا، فَمَنْ كَفَرَ مِنْهُمْ عَذَّبْتُهُ عَذَابًا لاَ اُعَذِّبُهُ اَحَدًا مِنَ اْلعَالَمِيْنَ. وَ اِنْ شِئْتَ فَتَحْتُ لَهُمْ بَابَ التَّوْبَةِ وَ الرَّحْمَةِ. قَالَ: بَلْ بَابُ التَّوْبَةِ وَ الرَّحْمَةِ. الطبرانى و رواته رواة الصحيح
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata : Orang-orang Quraisy pernah berkata kepada Nabi SAW, “Berdoalah kamu kepada Tuhanmu untuk kami agar menjadikan bukit Shafa itu menjadi emas untuk kami, maka jika bukit Shafa itu telah menjadi emas, pastilah kami mau mengikutimu”. Kemudian Nabi SAW berdoa kepada Tuhan, sehingga malaikat Jibril AS datang kepada beliau dan berkata, “Sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu dan berfirman untukmu, “Jika kamu menghendaki, akan Aku jadikan bukit Shafa itu menjadi emas untuk mereka. Tetapi (sesudah itu) barangsiapa yang kafir diantara mereka, pasti Aku akan menyiksanya dengan suatu siksaan yang tidak pernah Aku menyiksa seorangpun di alam ini dengan siksa itu. Tetapi jika kamu mau (yang lain) akan Aku bukakan pintu taubat dan rahmat bagi mereka”. Nabi SAW menjawab, “Ya (Aku memilih) pintu taubat dan rahmat”. [HR. Thabrani dan para perawinya perawi shahih]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: اِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ اْلعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. ابن ماجه و الترمذى و قال: حديث حسن
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selama nyawa belum sampai di tenggorokan”. [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan”].

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّ عَبْدًا اَصَابَ ذَنْبًا، فَقَالَ: يَا رَبِّ اِنِّى اَذْنَبْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ، فَقَالَ لَهُ رَبُّهُ: عَلِمَ عَبْدِى اَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَ يَأْخُذُ بِهِ، فَغَفَرَ لَهُ، ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ اَصَابَ ذَنْبًا آخَرَ، وَ رُبَّمَا قَالَ: ثُمَّ اَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ، فَقَالَ: يَا رَبِّ اِنِّى اَذْنَبْتُ ذَنْبًا آخَرَ فَاغْفِرْهُ لِى. قَالَ رَبُّهُ: عَلِمَ عَبْدِى اَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَ يَأْخُذُهُ بِهِ فَغَفَرَ لَهُ. ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللهُ، ثُمَّ اَصَابَ ذَنْبًا آخَرَ، وَ رُبَّمَا قَالَ: ثُمَّ اَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ فَقَالَ: يَا رَبِّ اِنِّى اَذْنَبْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ لِى، فَقَالَ رَبُّهُ: عَلِمَ عَبْدِى اَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَ يَأْخُذُ بِهِ، فَقَالَ رَبُّهُ: غَفَرْتُ لِعَبْدِى فَلْيَعْمَلْ مَا شَاءَ. البخارى و مسلم
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya ada seorang hamba berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah dosa itu”. Kemudian Tuhan berfirman kepadanya, “Hamba-Ku mengetahui bahwasanya dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan kuasa menghukumnya”. Lalu Tuhan mengampuninya. Kemudian berlalulah waktu yang lama sehingga orang itu melakukan dosa yang lain, atau mungkin beliau bersabda : Kemudian orang itu berbuat dosa yang lain, lalu orang itu berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat dosa yang lain, maka ampunilah aku”. Tuhan berfirman, “Hamba-Ku mengetahui bahwasanya dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan kuasa menghukumnya”. Lalu Tuhan mengampuninya. Kemudian berlalulah waktu yang lama, sehingga orang itu melakukan dosa yang lain lagi, atau mungkin beliau bersabda : Kemudian orang itu berbuat dosa yang lain. Lalu orang itu berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat dosa, maka ampunilah dosaku”. Tuhan berfirman, “Hamba-Ku mengetahui bahwasanya dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan kuasa menghukumnya”. Lalu Tuhan berfirman, “Aku telah mengampuni hamba-Ku, maka berbuatlah apa yang dia kehendaki”. [HR. Bukhari dan Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اْلمُؤْمِنَ اِذَا اَذْنَبَ ذَنْبًا كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ، فَاِنْ تَابَ وَ نَزَعَ وَ اسْتَغْفَرَ صُقِلَ مِنْهَا، وَ اِنْ زَادَ زَادَتْ حَتَّى يُغَلَّفَ بِهَا قَلْبُهُ، فَذلِكَ الرَّانُ الَّذِيْ ذَكَرَ اللهُ فِى كِتَابِهِ: كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلى قُلُوْبِهِمْ. الترمذى و صححه و النسائى و ابن ماجه و ابن حبان فى صحيحه و الحاكم و اللفظ له
Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang mukmin itu apabila berbuat suatu dosa, ada titik hitam di hatinya. Jika ia bertaubat dan mencabut (tidak terus menerus berbuat dosa) serta memohon ampun, maka hati itu dibersihkan kembali dari titik hitam tersebut. Dan jika dia bertambah dalam berbuat dosa, maka bertambah pulalah titik hitam tersebut sehingga hati itu tertutup olehnya. Itulah yang dinamakan “Ar-Raan” yang Allah sebutkan di dalam kitab-Nya (yang artinya) “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka” (QS. Al-Muthaffiin : 14). [HR. Tirmidzi, ia menshahihkannya, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban di dalam shahihnya di Al-Hakim dan lafadh itu baginya].

و لفظ ابن حبان و غيره: اِنَّ اْلعَبْدَ اِذَا اَخْطَأَ خَطِيْئَةً يُنْكَتُ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ، فَاِنْ هُوَ نَزَعَ وَ اسْتَغْفَرَ وَ تَابَ صَقُلَتْ، فَاِنْ عَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ.
Adapun lafadh Ibnu Hibban dan lainnya : “Sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat suatu kesalahan, diberi titik hitam di hatinya. Jika dia mencabut, mohon ampun dan bertaubat, maka bersih kembali. Tetapi jika dia kembali berbuat kesalahan lagi, akan ditambahkan padanya sehingga meliputi hatinya”.

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: قَالَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ: اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى، وَ اَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِى، وَ اللهِ، َللهُ اَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ اَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتَهُ بِاْلفَلاَةِ، وَ مَنْ تَقَرَّبَ اِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ اِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَ مَنْ تَقَرَّبَ اِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ اِلَيْهِ بَاعًا، وَ اِذَا اَقْبَلَ اِلَيَّ يَمْشِى اَقْبَلْتُ اِلَيْهِ اُهَرْوِلُ. مسلم و اللفظ له و البخارى بنحوه
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda : Allah 'Azza wa Jalla berfirman, “Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya di mana saja ia mengingat-Ku”. (Nabi SAW bersabda), “Demi Allah, sesungguhnya Allah lebih senang terhadap taubat hamba-Nya daripada seseorang dari kalian mendapatkan kembali barang-barangnya yang hilang di padang pasir”. (Allah berfirman), “Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Dan apabila dia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari”. [HR. Muslim dan Bukhari seperti itu].

عَنْ يَزِيْدَ بْنِ نُعَيْمٍ قَالَ: سَمِعْتُ اَبَا ذَرٍّ اْلغِفَارِيَّ رض وَ هُوَ عَلَى اْلمِنْبَرِ بِاْلفُسْطَاطِ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: مَنْ تَقَرَّبَ اِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ شِبْرًا تَقَرَّبَ اِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَ مَنْ تَقَرَّبَ اِلَيْهِ ذِرَاعًا تَقَرَّبَ اِلَيْهِ بَاعًا، وَ مَنْ اَقْبَلَ اِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ مَاشِيًا اَقْبَلَ اِلَيْهِ مُهَرْوِلاً، وَ اللهُ اَعْلَى وَ اَجَلُّ، وَ اللهُ اَعْلَى وَ اَجَلُّ، وَ اللهُ اَعْلَى وَ اَجَلُّ. احمد و الطبرانى و اسنادهما حسن
Dari Yazid bin Nu’aim, ia berkata : Saya pernah mendengar Abu Dzar Al-Ghifari berkhutbah di atas mimbar ketika di kota Fusthath, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang mendekat kepada Allah ‘Azza wa Jalla sejengkal, Dia akan mendekat kepadanya sehasta. Barangsiapa mendekat kepada-Nya sehasta, Dia akan mendekat kepada hamba itu sedepa. Barangsiapa yang datang kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan berjalan, Allah akan mendekat kepada hamba itu dengan berlari. Dan Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia. Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia. Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia”. [HR. Ahmad dan Thabrani dan sanad kedua-duanya hasan].

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ. ابن ماجه و الطبرانى
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa”. [HR. Ibnu Majah dan Thabrani]

عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيْلِ قَالَ: قُلْتُ ِلاَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض: اَ قَالَ النَّبِيُّ ص: النَّدَمُ تَوْبَةٌ؟ قَالَ: نَعَمْ. ابن حبان فى صحيحه
Dari Humaid Ath-Thawil ia berkata : Saya pernah bertanya kepada Anas bin Malik RA, “Apakah Nabi SAW pernah bersabda bahwa penyesalan itu adalah taubat?”. Ia menjawab, “Ya”. [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَعْقِلٍ قَالَ: دَخَلْتُ اَنَا وَ اَبِى عَلَى ابْنِ مَسْعُوْدٍ رض فَقَالَ لَهُ اَبِى: سَمِعْتَ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: النَّدَمُ تَوْبَةٌ؟ قَالَ: نَعَمْ. الحاكم و قال: صحيح الاسناد
Dari ‘Abdullah bin Ma’qil ia berkata : Saya dan ayah saya pernah datang kepada Ibnu Mas’ud RA, lalu ayahku bertanya kepadanya : Apakah kamu pernah mendengar Nabi SAW bersabda “Penyesalan itu adalah taubat?”. Ia menjawab, “Ya”. [HR. Al Hakim, ia berkata, shahih sanadnya]

عَنْ عَائِشَةَ رض عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: مَا عَلِمَ اللهُ مِنْ عَبْدٍ نَدَامَةً عَلَى ذَنْبٍ اِلاَّ غَفَرَ لَهُ قَبْلَ اَنْ يَسْتَغْفِرَهُ مِنْهُ. الحاكم
Dari ‘Aisyah RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Tidaklah seorang hamba menyesali atas suatu dosa, melainkan Allah mengampuninya sebelum ia mohon ampun kepada Allah dari dosanya itu”. [HR. Hakim].

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: وَ الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوْا لَذَهَبَ اللهُ بِكُمْ، وَ لَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُوْنَ، فَيَسْتَغْفِرُوْنَ اللهَ، فَيَغْفِرُ لَهُمْ. مسلم
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Demi Tuhan yang jiwaku di tangan-Nya, seandainya kamu sekalian tidak punya dosa, tentu Allah akan melenyapkan kamu sekalian, kemudian mendatangkan kaum yang berdosa, lalu mereka itu memohon ampun kepada Allah, maka Allah mengampuni mereka”. [HR. Muslim].

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ اْلحُصَيْنِ رض اَنَّ امْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ اَتَتْ رَسُوْلَ اللهِ ص، وَ هِيَ حُبْلَى مِنَ الزِّنَا، فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَصَبْتُ حَدًّا فَاَقِمْهُ عَلَيَّ، فَدَعَا نَبِيُّ اللهِ ص وَلِيَّهَا فَقَالَ: اَحْسِنْ اِلَيْهَا، فَاِذَا وَضَعَتْ فَأْتِنِى بِهَا، فَفَعَلَ، فَأَمَرَ بِهَا نَبِيُّ اللهِ ص: فَشُدَّتْ عَلَيْهَا ثِيَابُهَا. ثُمَّ اَمَرَ بِهَا فَرُجِمَتْ، ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهَا، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: تُصَلِّى عَلَيْهَا يَا رَسُولَ اللهِ وَ قَدْ زَنَتْ؟ قَالَ: لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِّمَتْ بَيْنَ سَبْعِيْنَ مِنْ اَهْلِ اْلمَدِيْنَةِ لَوَسِعَتْهُمْ، وَ هَلْ وَجَدْتَ اَفْضَلَ مِنْ اَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا ِللهِ عَزَّ وَ جَلَّ؟. مسلم
Dari ‘Imran bin Hushain RA, bahwasanya ada seorang perempuan dari suku Juhainah datang kepada Rasulullah SAW dalam keadaan hamil karena berzina, lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, saya telah melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan hukuman hadd, maka laksanakanlah hukuman itu kepadaku”. Kemudian Rasulullah SAW memanggil walinya dan bersabda, “Berbuat baiklah kepadanya, dan apabila wanita itu telah melahirkan maka bawalah ia kepadaku”. Kemudian walinya itu melaksanakannya. Kemudian Nabi SAW memerintahkan supaya wanita itu dirajam. Lalu baju wanita tersebut dirapikan kemudian Nabi SAW memerintahkan supaya hukuman dilaksanakan, maka wanita itupun dirajam. Kemudian Nabi SAW menshalatkan janazah wanita tersebut. Maka Umar bertanya kepada beliau, “Apakah engkau menshalatkannya, ya Rasulullah, sedangkan dia telah berzina?”. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh wanita itu telah bertaubat dengan taubat yang apabila dibagi-bagikan kepada tujuh puluh orang penduduk Madinah ini, niscaya akan mencukupi kepada mereka semua. Apakah kamu pernah mendapatkan yang lebih baik dari pada seorang wanita yang menyerahkan dirinya kepada Allah ‘Azza wa Jalla?”. [HR. Muslim].

عَنْ شُرَيْحٍ هُوَ ابْنُ اْلحَارِثِ قَالَ: سَمِعْتُ رَجُلاً مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ ص يَقُوْلُ: قَالَ النَّبِيُّ ص: قَالَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ: يَا ابْنَ آدَمَ، قُمْ اِلَيَّ اَمْشِ اِلَيْكَ، وَ امْشِ اِلَيَّ اُهَرْوِلْ اِلَيْكَ. احمد باسناد صحيح
Dari Syuraih, yaitu Ibnul Harits, ia berkata : Saya mendengar seorang shahabat Nabi SAW berkata : Nabi SAW bersabda : Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, bangunlah kepada-Ku, Aku akan berjalan kepadamu. Dan berjalanlah kepada-Ku, Aku akan berlari kepadamu”. [HR. Ahmad dengan sanad shahih]

عَنِ اْلحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: َللهُ اَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ اْلمُؤْمِنِ مِنْ رَجُلٍ نَزَلَ فِى اَرْضٍ دَوِّيَّةٍ مُهْلِكَةٍ مَعَهُ رَاحِلَتُهُ عَلَيْهَا طَعَامُهُ وَ شَرَابُهُ، فَوَضَعَ رَأْسَهُ فَنَامَ فَاسْتَيْقَظَ، وَ قَدْ ذَهَبَتْ رَاحِلَتُهُ، فَطَلَبَهَا حَتَّى اِذَا اشْتَدَّ عَلَيْهِ اْلحَرُّ وَ اْلعَطَشُ اَوْ مَا شَاءَ اللهُ تَعَالَى قَالَ: اَرْجِعُ اِلَى مَكَانِى الَّذِى كُنْتُ فِيْهِ، فَأَنَامُ حَتَّى اَمُوْتَ، فَوَضَعَ رَأْسَهُ عَلَى سَاعِدِهِ لِيَمُوْتَ، فَاسْتَيْقَظَ، فَاِذَا رَاحِلَتُهُ عِنْدَهُ عَلَيْهَا زَادُهُ وَ شَرَابُهُ، فَاللهُ اَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ اْلعَبْدِ اْلمُؤْمِنِ مِنْ هذَا بِرَاحِلَتِهِ. البخارى و مسلم
Dari Harits bin Suwaid dari Abdullah RA, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh Allah lebih senang dengan taubat hamba-Nya yang mukmin dari pada seseorang yang sedang (bepergian, lalu) berhenti di suatu padang pasir yang sangat menyulitkan, yangmana orang itu membawa unta yang memuat bekal makanan dan minumannya. Lalu orang tersebut meletakkan kepalanya sehingga tertidur. Ketika orang tersebut terbangun, tiba-tiba unta (beserta bekalnya) telah hilang. Kemudian dia lama mencarinya hingga merasakan sangat panas dan haus atau lebih menderita lagi. Kemudian orang itu berkata “Biarlah aku kembali ke tempatku semula dan aku akan tidur saja sampai mati”. Lalu dia meletakkan kepalanya diatas tangannya berserah diri untuk mati. Kemudian dia terbangun maka tiba-tiba unta beserta bekal dan minumannya sudah berada di dekatnya. Maka Allah lebih senang terhadap taubat hamba-Nya yang mukmin dari pada orang ini (menemukan kembali) kendaraannya”. [HR. Bukhari dan Muslim].

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: َللهُ اَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِيْنَ يَتُوْبُ اِلَيْهِ مِنْ اَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِاَرْضٍ فَلاَةٍ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ، وَ عَلَيْهَا طَعَامُهُ وَ شَرَابُهُ فَـاَيِسَ مِنْهَا، فَأَتَى شَجَرَةً، فَاضْطَجَعَ فِى ظِلِّهَا قَدْ اَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَا هُوَ كَذلِكَ اِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةٌ عِنْدَهُ، فَاَخَذَ بِخِطَامِهَا، ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ اْلفَرَحِ: اَللّهُمَّ اَنْتَ عَبْدِى وَ اَنَا رَبُّكَ اَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ اْلفَرَحِ. مسلم
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh Allah lebih senang terhadap taubat hamba-Nya ketika hamba itu bertaubat kepada-Nya daripada seseorang dari kalian yang semula naik untanya di padang pasir, lalu kehilangan kendaraan beserta makanan dan minumannya. (Setelah lama mencarinya), akhirnya dia putus asa untuk mendapatkannya, lalu dia datang ke sebuah pohon, lalu dia beristirahat dan tidur di bawah pohon tersebut. Dan orang itu telah putus asa untuk mendapatkan kembali untanya. Ketika dalam keadaan begitu, tiba-tiba unta (beserta bekalnya itu) sudah berada di dekatnya. Lalu dia memegang kendalinya, dan dari senangnya sampai dia berkata, “Ya Allah, Engkau hambaku dan aku Tuhan-Mu”. Dia keliru mengucap-kannya karena sangat senangnya”. [HR. Muslim]

عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيِّ رض اَنَّ نَبِيَ اللهِ ص قَالَ: كَانَ فِيْمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَ تِسْعِيْنَ نَفْسًا، فَسَأَلَ عَنْ اَعْلَمِ اَهْلِ اْلاَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ، فَاَتَاهُ فَقَالَ: اِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَ تِسْعِيْنَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: لاَ. فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ اَعْلَمِ اَهْلِ اْلاَرْضِ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ: اِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَ مَنْ يَحُوْلُ بَيْنَهُ وَ بَيْنَ التَّوْبَةِ؟ اِنْطَلِقْ اِلَى اَرْضِ كَذَا وَ كَذَا، فَاِنَّ بِهَا اُنَاسًا يَعْبُدُوْنَ اللهَ، فَاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ، وَ لاَ تَرْجِعْ اِلَى اَرْضِكَ فَاِنَّهَا اَرْضُ سَوْءٍ، فَانْطَلَقَ حَتَّى اِذَا نَصَفَ الطَّرِيْقَ اَتَاهُ اْلمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيْهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمةِ وَ مَلاَئِكَةُ اْلعَذَابِ، فَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ: جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلاً بِقَلْبِهِ اِلَى اللهِ، وَ قَالَتْ مَلاَئِكَةُ اْلعَذَابِ اِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ فَاَتَاهُمْ مَلَكٌ فِى صُوْرَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوْهُ بَيْنَهُمْ، فَقَالَ: قِيْسُوْا مَا بَيْنَ اْلاَرْضَيْنِ، فَاِلَى اَيَّتِهِمَا كَانَ اَدْنَى فَهُوَ لَهُ، فَقَاسُوْهُ فَوَجَدُوْهُ اَدْنَى اِلَى اْلاَرْضِ الَّتِى اَرَادَ، فَقَبَضَتْهُ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ. البخارى و مسلم و اللفظ لمسلم
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Dahulu di antara orang sebelum kalian ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Lalu dia bertanya (minta ditunjukkan) kepada orang yang lebih tahu dari penduduk bumi, lalu dia ditunjukkan kepada seorang pendeta. Kemudian orang tersebut datang kepada pendeta yang ditunjukkan itu. Lalu dia bertanya kepada pendeta tersebut, “Sesungguhnya orang itu telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, apakah dia masih bisa diterima taubatnya?”. Pendeta itu menjawab, “Tidak!”. Lalu orang itu membunuh pendeta tersebut, maka genaplah dia membunuh seratus orang. Kemudian orang tersebut bertanya (minta ditunjukkan) kepada orang yang lebih tahu dari penduduk bumi, lalu dia ditunjukkan kepada seorang laki-laki yang ‘Alim (pandai). Lalu dia bertanya, “Sesungguhnya orang itu telah membunuh seratus orang, apakah dia masih bisa diterima taubatnya?”. Orang ‘Alim tersebut menjawab, “Ya”. Siapa yang bisa menghalangi dari tauat?. Maka untuk melaksanakan taubat itu pergilah ke daerah ini dan ini, disana ada orang-orang yang menyembah kepada Allah. Oleh karena itu menyembahlah kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu daerah yang buruk”. Kemudian orang tersebut pergi (ke tempat yang ditunjukkan). Ketika sampai di tengah jalan, dia meninggal dunia. Maka berselisihlah malaikat rahmat dengan malaikat adzab. Berkata malaikat rahmat, “Orang itu betul-betuil telah bertaubat sepenuh hati kepada Allah”. Dan berkata malaikat adzab, “Sesungguhnya dia belum beramal baik sama sekali”. Kemudian datanglah malaikat berbentuk manusia, maka para malaikat rahmat dan para malaikat adzab menjadikannya sebagai penengah. Malaikat yang menjadi penengah itu berkata, Ukurlah antara dua tempat itu, lalu mana yang lebih dekat dengannya maka itulah yang menjadi haknya. Kemudian mereka sama mengukurnya, dan mereka mendapati orang yang mati tersebut lebih dekat kepada tempat yang dituju, maka akhirnya diambil oleh malaikat rahmat”. [HR. Bukhari dan Muslim, lafadh ini bagi Muslim]

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ

Tren Blog

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Walimah

Perintah Orang Tua Yang Tidak Boleh Ditaati

Hadits Tentang Khitan

Blog Populer

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Shalat (Kewajiban Shalat)

Hadits Tentang Khitan